MEMILIH BAHAN DAN DESAIN KEMASAN
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Memilih Bahan dan Desain Kemasan
1. Cara Menyediakan Petunjuk/Prosedur/Panduan Tertulis tentang Berbagai Bahan, Cara dan Peralatan untuk pengemasan Manual
Teknologi pengemasan terus berkembang
dari waktu ke waktu dari mulai proses pengemasan yang sederhana atau
tradisional hingga pengemasan yang sifatnya modern. Saat ini, pengemasan
merupakan salah satu faktor penting dalam persaingan dunia usaha. Hampir semua
orang membutuhkan kemasan dalam setiap produknya. Selain sebagai alat pelindung
dari kerusakan, kemasan juga berfungsi sebagai nilai estetika yang menjadikan
alasan mengapa orang memilih atau membeli produk tersebut.
Jaman dahulu, orang sudah mengenal
alat pengemas secara tradisional/alami berupa dedaunan (daun pisang, jati, dan
daun jambu) sebagai alat pembungkus makanan. Misalnya saja membungkus tempe
dengan menggunakan daun pisang atau jati. Selain daun pisang dan jati, orang
juga menggunakan daun jagung sebagai pembungkus dodol dan sebagainya. Dengan
semakin berkembangnya teknologi, kemasan tradisional kini sudah mulai
ditinggalkan. Walaupun masih ada beberapa orang yang memanfaatkan kemasan
tersebut untuk jenis makanan tertentu. Kini, produsen sudah banyak memanfaatkan
kemasan modern seperti kemasan plastik, kertas, kaleng/logam, dan lainnya.
Cara-cara pengemasan dan labeling
yang baik dan menarik tentu sangat diperlukan dalam mendukung suatu produk
makanan. Sayangnya belum semua produsen seperti Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) dapat menerapkannya. Sampai saat ini kemasan produk masih merupakan
masalah bagi para pengelola usaha, khususnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
Permasalahan tentang kemasan produk dan labelnya kadang-kadang menjadi kendala
bagi perkembangan atau kemajuan suatu usaha. Banyak persoalan yang muncul
ketika suatu usaha ingin memiliki suatau kemasan produk yang baik, berkualitas
dan memenuhi standar nasional yang ada. Persoalan-persoalan yang sering
dihadapi seperti bahan pengemas, desain bentuk kemasan, desain label, sampai
pada persoalan yang paling utama yaitu biaya pembuatan kemasan itu sendiri.
Bagi
para pengelola UMKM dengan segala keterbatasan modal usaha sebaiknya
permasalahan tentang kemasan bisa ditangani dengan kreativitasnya. Kemasan yang
baik dan menarik tidak selalu identik dengan harga kemasan yang mahal. Dengan
bahan pengemas yang biasa-biasa saja, asalkan dirancang sedemikian rupa baik
bentuk maupun desain labelnya pastilah akan tercipta sebuah kemasan yang tidak
kalah bersaing dengan kemasan-kemasan modern.
a. Pengertian
Kemasan
Kemasan atau packaging menjadi
salah satu unsur penting dalam suatu produk. Menurut Kotler dan Keller (2009:
27), pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus
sebagai sebuah produk. Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau
pengepakan. Pengemasan memegang peranan penting dalam pengawetan dan
mempertahankan mutu suatu produk makanan. Makanan yang diberi wadah atau
pembungkus akan tercegah dari kerusakan, pencemaran (debu) serta serta gangguan
fisik (gesekan, benturan, getaran). Disamping itu pengemasan berfungsi untuk
menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai
bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi.
b. Fungsi
Kemasan
Fungsi kemasan secara mendasar adalah
untuk mewadahi dan melindungi produk dari kerusakan-kerusakan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Simamora (2007) fungsi kemasan yaitu: 1) fungsi protektif dan
2) fungsi promosional. Fungsi Protektif dimaksudkan sebagai upaya untuk
menghindari berbagai kemungkinan kerusakan produk, baik karena iklim, prasarana
transportasi, distribusi, dan lainnya. Sehingga dengan protektif ini para
konsumen tidak perlu menanggung resiko barang rusak. Fungsi kedua yaitu
promosional. Kemasan yang baik secara warna, ukuran, dan penampilan akan
memiliki daya tarik tersendiri bagi pembeli untuk membeli produk tersebut.
Selain kedua fungsi di atas, fungsi
lain dari kemasan adalah: 1) memudahkan distribusi pdoduk, sehingga tidak
tercecer, 2) sebagai identitas produk yang membandingkan produk satu dengan
yang lainnya, 3) menambah daya tarik
calon pembeli.
c. Jenis
Bahan Pengemasan
Pemilihan bahan dalam pengemasan
disesuaikan dengan jenis produk yang akan kita hasilkan. Apakah produk tersebut
termasuk olahan basah, kering, atau lainnya. Pengemasan yang baik tentu akan
meningkatkan estetika produk, sehingga konsumen tertarik untuk membelinya.
Selain itu juga dapat menjaga kualitas suatu produk dari udara luar yang
menyebabkan produk cepat basi, kotor, dan melempem.
Ragam kemasan makanan tradisional
yang sering dijumpai seperti kemasan dengan menggunakan daun pisang, kelobot
jagung (pelepah daun jagung), daun kelapa/enau (aren), daun jambu air dan daun
jati. Sedangkan secara modern, jenis bahan kemasan dapat berupa: kertas,
alumunium foil, film, dan plastik.
Menurut Julianti dan Nurminah (2006),
Kemasan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal atau beberapa cara
yaitu sebagai berikut :
1) Klasifikasi kemasan berdasarkan
frekwensi pemakaian: a) Kemasan sekali pakai (disposable), yaitu kemasan
yang langsung dibuang setelah dipakai, seperti kemasan produk instant, permen, dan
lain-lain, b) Kemasan yang dapat dipakai berulangkali (multitrip) dan biasanya
dikembalikan ke produsen, contoh : botol minuman, botol kecap, botol sirup, c)
Kemasan atau wadah yang tidak dibuang atau dikembalikan oleh konsumen (semi
disposable), tapi digunakan untuk kepentingan lain oleh konsumen, misalnya
botol untuk tempat air minum dirumah, kaleng susu untuk tempat gula, kaleng
biskuit untuk tempat kerupuk, wadah jam untuk merica dan lain-lain.
Gambar 1. Contoh kemasan berdasarkan
frekuensi pemakaian
Penjelasan:
-
Pembungkus
permen hanya dapat digunakan sekali pakai
-
Botol
kecap dapat digunakan berulang kali
-
Kaleng
biskuit dapat dipakai kembali untuk penggunaan lainnya
2) Klasifikasi kemasan berdasarkan
struktur sistem kemas (kontak produk dengan kemasan) : a) Kemasan primer, yaitu
kemasan yang langsung bersentuhan dengan produk yang di bungkusnya, b) Kemasan
sekunder, yang tidak bersentuhan langsung dengan produknya akan tetapi
membungkus produk yang telah dikemas dengan kemasan primer, c) Kemasar tersier
dan kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer atau
sekunder.
Gambar 2. Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur
sistem kemas
Penjelasan:
Produk susu menggunakan kemasan aluminium foil sebagai
kemasan primer, lalu dimasukkan ke dalam kardus (kemasan sekunder), setelah itu
beberapa kemasan kardus besar (kemasan tersier).
3) Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat
kekakuan bahan kemasan: a) Kemasan fleksibel yaitu bahan kemasan yang mudah
dilenturkan tanpa adanya retak atau patah. Misalnya plastik, kertas dan foil,
b) Kemasan kaku yaitu bahan kemas yang bersifat keras, kaku, tidak tahan
lenturan, patah bila dibengkokkan relatif lebih tebal dari kemasan fleksibel.
Misalnya kayu, gelas dan logam, c) Kemasan semi kaku/semi fleksibel yaitu bahan
kemas yan memiliki sifat-sifat antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku.
Misalnya botol plastik (susu, kecap, saus), dan wadah bahan yang berbentuk
pasta.
Gambar 3. Kemasan
berdasarkan sifat kekakuannya
Penjelasan:
Kemasan kaku contohnya minuman botol, dan kemasan
fleksibel contohnya produk yang dikemas dengan kertas.
4) Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat
perlindungan terhadap lingkungan: a) Kemasan hermetis (tahan uap dan gas) yaitu
kemasan yang secara sempurna tidak dapat dilalui oleh gas, udara atau uap air
sehingga selama masih hermetis wadah ini tidak dapat dilalui oleh bakteri,
kapang, ragi dan debu. Misalnya kaleng, botol gelas yang ditutup secara
hermetic, b) Kemasan tahan cahaya yaitu wadah yang tidak bersifat transparan,
misalnya kemasan logam, kertas dan foil. Kemasan ini cocok untuk bahan pangan
yang mengandung lemak dan vitamin yang tinggi, serta makanan hasil fermentasi,
c) Kemasan tahan suhu tinggi, yaitu kemasan untuk bahan yang memerlukan proses
pemanasan, pasteurisasi dan sterilisasi. Umumnya terbuat dari logam dan gelas.
5) Klasifikasi kemasan berdasarkan tingkat
kesiapan pakai, yaitu: a)wadah siap pakai merupakan bahan kemas yang siap untuk
diisi dengan bentuk yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik.
Contohnya adalah
wadah botol, wadah kaleng, dan sebagainya, dan b) Wadah Siap Dirakit atau
disebut juga wadah lipatan, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan
sebelum pengisian, misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder
fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik.
Dari uraian di atas, kita dapat mengetahui
bahwa ada hubungan antara jenis bahan kemasan dengan produk yang dikemas.
Terutama untuk menghindari kemungkinan migrasi dari bahan kemasan ke produk
yang dikemas. Karena migrasi disebabkan juga oleh jenis dan konsentrasi bahan
kimia yang terkandung pada kemasan, sifat dan komposisi produk yang dikemas,
suhu dan lamanya kontak (kemasan-produk) serta kualitas bahan kemasannya. Maka,
dalam memilih kemasan harus memperhatikan hal-hal berikut:
- Untuk bahan
kemasan yang inert (tidak mudah bereaksi) maka kemungkinan migrasi ke dalam
produk yang dikemas akan kecil.
- Jangan kemas
bahan pangan pada suhu tinggi (lebih dari 60 0C)
karena dapat meningkatkan migrasi bahan kimia berbahaya dari kemasan. Contohnya
jenis bahan kemasan melamin yang mudah migrasi ke produk pangan pada suhu
tinggi.
- Bahan pangan yang
bersifat asam sebaiknya tidak disimpan menggunakan jenis kemasan logam.
- Jika memilih
kemasan plastik maka sebaiknya pilih yang berkode “daur ulang”, jangan gunakan
plastik kresek warna hitam sebagai kemasan primer makanan siap santap, jangan
memasukkan kemasan plastik dalam microwave kecuali plastik PP/polipropilen,
jangan gunakan plastik untuk membuat makanan seperti ketupat.
- Jika membeli
peralatan makan maka pilihlah yang berkode “aman” seperti food safe,
food grade atau for food use, atau bisa pilih yang
bergambar gelas-garpu dan sebaiknya pilih yang jenis bahannya kaca/gelas atau
pun keramik/porselen.
- Jika memiliki
botol susu bayi, sebaiknya untuk sterilisasi cukup direndam air mendidih.
Jangan rebus botol susu.
- Kemasan plastik
terutama PVC tidak boleh dibakar. Hal itu dapat membuat plastik melepaskan
dioksin yang dampaknya membahayakan kesehatan serta lingkungan (polusi udara).
d. Jenis
Alat pengemasan Manual
Terdapat
beberapa contoh mesin pengemas manual, di antaranya:
1)
Cup Sealer adalah mesin penutup gelas plastik dengan
menggunakan sistem pemanas. Selain itu membuat minuman tidak mudah tumpah
karena tutup lid plastiknya yang rapat, minuman yang dikemas tertutup juga akan
terlihat lebih higienis. Ramesia Mesin menyediakan 2 type cup sealer, yaitu
type untuk Gelas Besar (biasanya untuk jualan Teh, Juice, atau minuman Bubble),
dan Type untuk Gelas Kecil (240 ml) biasanya untuk minuman semacam Aqua, kopi,
dan lain sebagainya.
2) Hand Sealer adalah
mesin pengemas yang digunakan untuk mengemas berbagai kemasan plastik. Misalnya
untuk mengemas keripik, makanan ringan, bawang goreng, dll. Pengoperasian hand
impulse sealer dilakukan menggunakan tangan secara manual dan sangat
mudah. Anda cukup meletakan plastik kemasan diantara hand sealer
tersebut, lalu di tekan layaknya mesin press. Dengan menggunakan alat pengemas
hand sealer, makanan Anda dapat bertahan lebih lama karena tersimpan rapat
dalam plastik.
3) Vacuum Sealer adalah
mesin yang digunakan untuk menghampakan udara, di mana udara yang dihampakan
akan menyebabkan proses dioksidasi, perkembangan oksigen akan ditekan sedemikan
rupa sehingga bakteri akan berkembang biak lebih lama dibandingkan dengan
proses oksidasi alami. Bila makanan akan mulai membusuk 4 hari maka dengan
menggunakan mesin ini, makanan yang di vacuum akan lebih awet sekitar 15-20
hari. Mesin vacuum sealer cocok digunakan untuk usaha bandeng presto, bakso,
kerupuk, sosis dan usaha kuliner lainnya. Mesin vacuum sealer terbuat dari
paduan besi dan plastik, sehingga body mesin kokoh tapi juga ringan.
4) Pedal Sealer atau
yang biasa disebut juga dengan istilah foot sealer. Mesin ini penggunaannya
menggunakan kaki diinjak sehingga disebut foot sealer.
5) Mesin Penutup Botol adalah alat yang digunakan
untuk mempermudah proses penutupan botol. Mesin ini dapat digunakan untuk
menutup berbagai macam jenis botol diantaranya botol plastik, botol beling,
dengan berbagai macam jenis penutup seperti penutup berbahan plastik, seng, kawat
dan ulir.
Gambar
4. Contoh Peralatan Pengemas Manual
Penjelasan:
Peralatan mengemas manual
seperti:1. Mesin cup sealer, 2. Hand sealer, 3. Mesin vakum, 4. mesin pedal
sealer, 5. mesin penutup botol
e.
Cara
Menyediakan petunjuk/prosedur/panduan tertulis tentang berbagai bahan, cara dan
peralatan untuk pengemasan manual
Dalam menentukan
fungsi perlindungan dari pengemasan, maka perlu dipertimbangkan aspek-aspek mutu produk
yang akan
dilindungi. Mutu produk ketika
mencapai konsumen tergantung pada kondisi bahan mentah, metoda pengolahan dan kondisi penyimpanan. Dengan
demikian fungsi kemasan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) Kemampuan/daya
membungkus yang baik untuk memudahkan dalam penanganan, pengangkutan,
distribusi, penyimpanan dan penyusunan/penumpukan
2)
Kemampuan melindungi isinya dari berbagai resiko dari luar, misalnya perlindungan dari udara panas/dingin, sinar/cahaya matahari, bau asing, benturan/tekanan mekanis, kontaminasi mikroorganisme.
3)
Kemampuan sebagai daya tarik terhadap
konsumen. Dalm hal ini, informasi dan penampilan seperti bentuk, warna dan
keindahan bahan kemasan harus mendapat perhatian
4)
Persyaratan ekonomi, artinya kemampuan
dalam memenuhi keinginan pasar, sasaran masyarakat dan tempat tujuan pemesan
5)
Mempunyai ukuran, bentuk dan bobot
yang sesuai dengan norma atau standar yang ada, mudah dibuang dan mudah
dibentuk atau dicetak.
Untuk memenuhi
persyaratan-persyaratan tersebut, maka kemasan harus memiliki sifat-sifat:
1.
Permeabel terhadap udara (oksigen dan
gas lainnya)
2.
Bersifat non toksik dan inert (tidak
bereaksi dan menyebabkan reaksi kimia) sehingga dapat mempertahankan warna,
rasa, aroma produk yang dikemas
3.
Kedap air (mampu menahan air atau
kelembaban udara di sekitarnya)
4.
Relatif tahan terhadap panas
5.
Mudah dikerjakan secara masinal dan
harganya relatif murah
Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan agar kemasan
bisa bekerja lebih optimal. Karena pada saat membuat kemasan produk yang baik
memang harus dirancang secara matang.
Berikut tips membuat kemasan produk yang baik :
1)
Kemasan mampu menjadi pengaman produk
2)
Mudah dibawa dan didistribusikan. Kemasan yang dibuat dengan
ergonomis ini biasanya memiliki tingkat kenyamanan lebih tinggi bagi konsumen.
kemasan mudah diambil, mudah dibawa dalam jumlah tunggal maupun banyak, mudah
dibuka jika produk di dalamnya akan digunakan.
3)
Mampu menunjukkan identitas. Kemasan produk haruslah dapat
menunjukkan identitas perusahaan dan identitas produk di dalamnya agar produk
mudah dikenali oleh konsumen.
4)
Dapat menjadi media komunikasi. Fungsi utama kemasan sebagai
media komunikasi ini adalah untuk menerangkan dan mencerminkan citra produk
sehingga mudah dipahami dan diingat oleh konsumen. Beberapa perusahaan yang
memandang penting kemasan sebagai media komunikasi ini biasanya juga
membubuhkan nomor telepon bebas pulsa yang bisa dihubungi konsumen apabila
ingin komplain ataupun menanyakan lebih lanjut tentang produk tersebut.
Bentuk-bentuk komunikasi melalui kemasan bisa dilakukan dengan cara yang
beragam, bisa menggunakan teks, gambar, foto, bentuk kemasan maupun cara
mengemas.
5)
Dapat dijadikan media promosi. Kemasan bisa difungsikan
sebagai media iklan yang menempel langsung pada produk, itulah sebabnya banyak
perusahaan yang tidak memandang remeh pada kemasan. Mereka melakukan berbagai
terobosan dan eksplorasi desain sehingga bisa membuat kemasan mampu menarik
perhatian.
6)
Memperhatikan etika dan estetika. Etika dalam membuat kemasan sebenarnya tidak
ada aturan-aturan baku. Etika sangat tergantung dengan pola hidup masyarakat di
wilayah tertentu, untuk itulah dalam membuat kemasan juga perlu penyesuaian
dengan segmen pasar yang dituju agar tidak menimbulkan polemik. Estetika dalam
kemasan merupakan satu hal yang terkait erat dengan keindahan. Keindahan disini
bisa berupa citra visual yang ditampilkan, bisa dibangun melalui pemilihan
bentuk kemasan, pemilihan warna, komposisi grafis, penggunaan font, cara
pengemasan dan lain sebagainya. Dengan kemasan yang enak dilihat, tentu akan lebih
menarik, meningkatkan mutu dan citra produk secara optimal.
7)
Ekonomis
pembuatannya
Membuat kemasan yang ekonomis dapat diartikan sebagai perhitungan biaya
produksi yang efektif termasuk pemilihan bahan, sehingga biaya tidak melebihi
proporsi manfaatnya. Produk masal dan seragam biasanya bisa dibuat dengan harga
yang lebih murah daripada membuat kemasan dalam bentuk khusus dan jumlah
terbatas. Bahan-bahan alternatif dalam membuat kemasan juga perlu dicari untuk
menekan biaya produksi kemasan tersebut.
8)
Kemasan ramah lingkungan. Dalam membuat kemasan, masalah
dampak lingkungan juga tidak kalah penting untuk dipikirkan. Hal ini sangat
terkait dengan berbagai polusi yang mungkin akan ditimbulkan oleh kemasan yang
dibuat, misalnya semakin banyaknya sampah yang tidak bisa diurai oleh tanah.
Beberapa perusahaan yang peduli, saat ini banyak yang menggunakan kemasan ramah
lingkungan (environmentally friendly) yang biasanya kemasan tersebut dapat
didaur ulang (recyclable) atau dapat dipakai ulang (reusable).
Dengan demikian, untuk memilih bahan, cara
dan peralatan pengemasan adalah dengan membuat ceklist apakah setiap unsur
persyaratan bahan kemasan telah terpenuhi atau tidak.
Berikut ini contoh panduan berupa form
ceklist memilih cara, bahan dan alat pengemasan manual:
Tabel
1. Contoh ceklist pemenuhan persyaratan kemasan
No.
|
Persyaratan yang Harus dipenuhi
|
Terpenuhi
|
Belum terpenuhi
|
1.
|
Kemasan mampu mengamankan produk
|
||
2.
|
Mudah dibawa dan didistribusikan
|
||
3.
|
Menunjukkan identitas produk
|
||
4.
|
Dapat menjadi media komunikasi
|
||
5.
|
Dapat menjadi media promosi
|
||
6.
|
Memperhatikan etika dan estetika
|
||
7.
|
Ekonomis
|
||
8.
|
Ramah lingkungan
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar